menuang rasa

rasanya, sudah lama sekali aku tidak menulis disini. inginku sih, mulai rutin lagi membahas topik ini, topik itu. tapi, kujuga gabisa janji. sulit untuk bisa membagi waktu antara sekolah, main, menulis, istirahat, mencari ide, pacar (eh salah), teman maksudnya. tapi ya kalau terus ditunda kapan jadinya?

kemarin kemarin ini, saat aku sedang ada cukup banyak waktu luang (sebelum UAS huhu) sempat terfikir olehku, kenapa orang suka menulis diary, atau sekedar sajak pendek. tulisan tulisan itu awalnya hanya uraian kata kata yang memiliki cerita didalamnya, tapi tanpa kusadari ada setidaknya satu perasaan di dalam kata kata itu.

disitulah, aku sadar. bahwa banyak orang, atau bahkan hampir semua orang, menulis untuk menuangkan rasanya. tidak semua hal, entah itu cerita, perasaan ataupun pemikiran dapat diceritakan pada orang lain. tapi bila hal hal tersebut dituangkan pada secarik kertas, maka setidaknya beban yang ada di dalam diri akan terhapuskan sedikit demi sedikit. perihal inipun sama dengan lirik yang ada di dalam lagu.

kenapa kita bisa tersenyum karena sebuah lagu? karena ada rasa bahagia yang disampaikan didalamnya. kenapa kita bisa menangis karena sebuah lagu? karena ada rasa sedih yang disalurkan didalamnya.

banyak orang bilang, “cerita, jangan dipendem sendiri. nanti gabaik buat kamu.” tapi apakah dalam prakteknya itu mudah buat dilakukan? untuk sebagian orang, tidak. untuk sebagiannya lagi, ya mungkin gampang.

nah lalu, buat yang merasa ga nyaman sama cerita atau curhat ke orang lain, apa solusinya? ya apa lagi selain menulis? bikin lagu lebih baik lagi, bikin buku berisi puisi atau pun cerita yang bisa jadi tempat untuk menuangkan rasa yang dimilikinya.

jadi, bagi kalian atau siapapun yang merasa butuh ‘kuping’ untuk mendengar ceritamu tapi kalian kurang berani atau kurang sukadengan cara itu, ubahlah ‘kuping’ itu menjadi ‘mata’ yang siap mendengarkan curhatan kalian. ga perlu muluk-muluk, cukup tuangkan sedikit demi sedikit, yang penting tidak membebani, justru meringankan.

ingat ya, bagiku menulis bukan suatu kendala atau suatu kesulitan, bukannya menyombong atau apa, tapi selama ada keinginan maka pasti akan bisa denganmudah menyalurkannya. jangan lupa juga, keinginan bisa menjadi kebutuhan yang bila tak terpenuhi bisa memunculkan kerinduan.

akan ada saatnya, dimana kita merasa butuh dan rindu untuk menulis. aku pun masih berproses, jadi jangan ragu untuk memulai. kalau nggak dimulai, gimana bisa tau rasanya? šŸ™‚

 

Diving women of Jeju

Korea terkenalĀ dan mendunia denganĀ aliran musiknya yang digemari banyak anak-anak muda. Selain musiknya, ada juga drama atau film serian produksi mereka yang digemari masyarakat usia remaja hingga dewasa. Namun, selain karya-karya mereka yang mendunia tersebut, ada juga keindahan dan keunggulan alam mereka yang kurang diminati oleh masyarakat internasional.

Salah satu keunggulan alam yang mereka miliki adalah Pulau Jeju. Pulau Jeju, atau yang dikenal denganĀ Jeju Island (ģ œģ£¼ė„), ini dapat menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi bila akan pergi ke Korea. Pulau ini dikenal dengan namaĀ Samdado (ģ‚¼ė‹¤ė„), yang memiliki arti pulau dengan tiga kelimpahan. Kelimpahan yang dimiliki ini adalah wanita, bebatuan dan angin. Bebatuan dan angin menjadi kelimpahan mereka karena alam yang dimiliki oleh Pulau Jeju masih sangat asri dan nyaman untuk dinikmati. Selain alamnya yang masih sangat baik, Jeju memiliki satu hal yang menjadi ciri khas mereka.

Pemandangan para wanita yang memakai baju selam dan peralatan selam merupakan pemandangan yang familiar dan biasa di Pulau Jeju, karena hal tersebut adalah sebuah budaya bagi mereka. Para wanita yang menjadi penyelam ini biasanya berangkat pagi-pagi untuk menyelam dan menangkap atau mengumpulkan kerang dan gurita. Mereka disebut sebagai Haenyeo (ķ•“ė…€).

download.jpeg

Dokumentasi oleh David Alan Harvey.

Peralatan yang mereka miliki juga tidak sembarangan, namun bukan berarti peralatan yang mereka pakai ada sangat banyak, karena satu hal yang paling penting bagi mereka adalah kemampuan mereka dalam bidang ini. Peralatan yang mereka biasa bawa adalah pemberat (yang diikatkan ke pinggang), pelampung (berwarna oranye) dan goggles (kacamata khusus untuk menyelam) dan jaring yang akan menampung tangkapan mereka nantinya.

Hal ini mungkin terdengar sangat mudah untuk dilakukan, namun sebenarnya tidak karena adanya arus yang cukup kuat di bawah air yang akan menyulitkan kita untuk tetap berada di bawah air. Selain itu, akan sulit juga untuk menahan badan kita untuk tetap berada di bawah air, maka itulah dibutuhkan pemberat yang akan menahan tubuh kita cukup lama di bawah air.

haenyeo

Dokumentasi milik The DIVE Bible

Yang lebih mengagumkannya lagi, dulu sebelum ditemukannya teknologi baju selam, para Haenyeo hanya dilapisi kain putih tipis, pemberat dan pelampung yang terbuat dari batok kelapa yang dikeringkan. Hal tersebut pasti menjadi lebih sulit bagi mereka karena suhu dingin yang dimiliki akan menusuk hingga ke tulang, ditambah lagi mereka melakukan hal ini hampir setiap hari dalam musim apapun karena kegiatan ini sudah menjadi mata pencaharian mereka. Sayangnya, seiring berubahnya zaman semakin sedikit perempuan yang mau menjadi Haenyeo, dan yang masih menjadi Haenyeo biasanya adalah wanita paruh baya atau lanjut usia.

Mengejar Kepemimpinan

peĀ·mimĀ·pin n 1 orang yang memimpin: ia ditunjuk menjadi ~ organisasi itu;

Hampir setiap orang pernah mengalami pengalaman memimpin suatu kelompok. Mau itu kelompok kecil atau besar. Namun, ada program yang dapat melatih dasar-dasar kepimimpinan murid di sekolah. Yaitu program OSIS.

OSIS merupakan Organisasi Siswa Intra Sekolah, di dalam strukturnya terdapat seorang ketua yang dipilih untuk memimpin organisasi tersebut. Biasanya, beberapa siswa terpilih menjadi calon ketua kemudian ada proses seleksi. Dimana para calon ketua tersebut mempromosikan dirinya di hadapan para pemilih.

Setelah sekian lama mempromosikan diri di hadapan teman-teman yang lain, kemarin (3/11) tiga orang calon ketua Osis di sekolahku akhirnya melaksanakan debat kecil antara satu sama lain.

Debat berlangsung cepat namun cukup berbobot untuk dapat memikat hati para pemilih yang tak lain adalah teman mereka juga.

Namun, selain debat ini dilaksanakan untuk memberikan kesan terbaik mereka kepada para pemilih. Jujur, aku sendiri pun masih sulit memutuskan siapa yang akan kupilih. Ketiga calon memiliki potensi memimpin yang baik. Sehingga akan sulit untu menentukan yang mana yang terbaik untuk Osis ke depannya.

Pemilihan terakhir akan dilaksanakan hari Jumat minggu depan. Kita lihat saja siapa yang akan menjadi Ketua Osis kali ini!

School, a place to learn things.

Not long ago, I read an article about school. The title was “Why school sucks?”, well, the title already giving me a lot of interest. So then I read it with my friends, and the result was good. I loved how she expressesĀ her feelings and her thoughts about school through an article. She really put almost (I think) all of her thoughts and all of her feelings about how a school is not a place where we can learn a lot of things. Instead, she feels that school is now only a place where we learn about math, science, history, etc, After learning it, we have to do exams, then we haveĀ to pass the exams, and then? Then we forget about what did we just learn.

Surprisingly, I sometimes think about the same thing. But, since my school has a different way to learn about things, I often remember the things that we learn. Even though I already pass the exam, but I still remember it. Because IĀ don’tĀ memorize the things, but I understand the things. Yes, it is hard to try to understand every single thing, but it’s possible for us to understand, not to memorize. Honestly, I don’t like how the government ‘force’ us, students, to join the final national exam. it somehow doesn’t look fair to me. And why does the result of the national exam could determine our next school? What if we get sick when we were doing out exam? The result will not be the same with the result that we got if we were fine and healthy when we do the exam. In Indonesia, I see that the final result from the national exam is the only thing that decides our next step.

Okay, here’s an example. What if there is a student who is really good at dancing, but she/he don’t have an interest in math and the others? Will it be fair for them that we still force them to do the national exam? It means that she has to somehow focus on math, science and the others right? Will that affect her dancing? Or, can’t her exam be a dancing exam? Yes, I do realize that this will be a hard way. But this looks fairer to me.

Well, I wouldn’t be able to write this if I didn’t read her article. I love the personality of the author. She somehow has this ability to opens other people’s mind with her thoughts. And also, she is a person that sticks with their thoughts, and she chooses to tell the world and do something about her thoughts. Love it! I’m pretty sure that she has an interest in writings, cause her article is good and easy to read!

But, talking about interest, what is my interest at this moment? I have a lot of interest, but I always love cooking and writing or even reading. It’s fun! Well, what is your interest?

Apa kabar Indonesia 5 tahun kedepan?

2017. Tanpa terasa, sebentar lagi tahun 2017 akan segera berakhir. Masih beberapa bulan, namun waktu itu singkat. Kemudian terfikir olehku, seperti apa Indonesia 5 tahun lagi?

Di tahun 2017 ini saja kita sudah dilengkapi banyak teknologi baru. Namun, selain meningkatnya teknologi kita, banyak hal lain yang meningkat juga. Populasi penduduk meningkat, banyak tempat baru yang menarik perhatian orang orang dan yang lainnya. Hal itu bisa saja menjadi hal yang baik dan buruk di saat yang bersamaan.

Bayangkan, populasi terus menerus menigkat, sementara sumber daya tetap pada jumlah awalnya. Tempat tinggal perlahan-lahan terus menambah, dan pada akhirnya hutan atau area hijau hilang. Kemudian kesusahan mendapatkan asupan gizi yang cukup untuk sejumlah orang, dan berikutnya adalah masalah mengenai lapangan pekerjaan. Mungkin 5 tahun kedepan hal ini belum terasa, namun aku yakin ada kemungkinan hal tersebut akan terjadi.

Untukku, mungkin 5 tahun kedepan akan ada jauh lebih banyak perubahan di dalam bidang teknologi dibandingkan di bidang lainnya. Alat-alat yang membantu manusia dalam kehidupan sehari hari pun akan menjadi lebih banyak, seperti lantai yang bisa membersihkan dirinya sendiri mungkin? Atau mungkin justru makanan tidak perlu dimasak lagi karena ada alatnya sendiri.

Nah, dilihat dari ide ide barusan, aku melihat adanya kemungkinan beberapa pekerjaan akan tersingkirkan dari kehidupan sehari hari. Kemudian akan ada perubahan dalam pekerjaan, dimana pekerjaan lama hilang dan muncul beberapa pekerjaan baru. Setidaknya, untuk hal teknologi itulah yang aku pikirkan.

Lalu apa kabar dengan bidang politik? Ah, mungkin 5 tahun kedepan masih ada beberapa orang yang korupsi atau melakukan kecurangan. Namun, bila semuanya terus berjalan seperti saat ini dimana pemimpin kita dengan tegas melarang siapapun melakukan kecurangan, dan yang melakukan kecurangan akan mendapat imbalan yang setimpal, aku berharap oknum korupsi bisa hilang dari Indonesia.

Kondisi alam Indonesia lah yang paling aku khawatirkan. Karena sebenarnya, pohon adalah sumber oksigen kita. Dan kita hidup bila ada oksigen. Sementara kondisi alam Indonesia saat ini saja sudah bisa dibilang tidak baik. Sudah ada banyak sekali area hijau yang dirombak menjadi gedung gedung tinggi, hanya semata mata untuk tambahan hiburan.

Kuakui ada banyak kelompok kelompok yang mau membantu untuk mengembalikan kondisi alam Indonesia menjadi lebih baik lagi, namun tidak sedikit juga yang tidak peduli tentang hal tersebut dan melakukan semaunya. Kalau begitu caranya, kapan alamnya kembali asri?

Kesimpulanku berakhir di mana aku berfikir kalau 5 tahun ke depan, Indonesia akan memiliki kemajuan dan kemunduran. Kemajuan di bidang politik memiliki potensi yang cukup besar sekarang, namun di bidang alam Indonesia aku masih ragu. Karena melihat kondisi saat ini, persentase orang yang peduli dan tidak peduli itu agak jauh. Aku berharap kalau Indonesia bisa memiliki lebih banyak kemajuan daripada kemunduran. Dan kemajuan itu tergantung dari peran masing masing orang yang tinggal di Indonesia.

Perjalan Kecil: Cicalengka

Hari Kamis beberapa minggu yang lalu, aku kembali melakukan eksplorasi di sekitar Kota Bandung dengan teman temanku. Di kesempatan ini, kami pergi ke Cicalengka. Bedanya, kami kali ini jauh lebih di lepas oleh pembinbing kami. Mulai dari jam 6 pagi kami berkumpul hingga jam 3 sore kami kembali.
Sayangnya, kali ini salah satu teman kelompokku berhalangan untuk hadir. Sehingga anggota kelompokku hanya berdua. Awalnya aku sempat ragu untuk mengeksplore kota itu sendirian, namun akhirnya aku meyakinkan diriku bahwa aku bisa melakuknnya.
Akhirnya kegiatan ini kulakukn dengan yakin. Mulai dari kami mencari tahu banyak hal tentang Stasiun Kiaracondong dan wilayah sekitarnya, lalu per kelompok diminta untuk membeli tiket kereta masing masing dan naik kereta. Kami juga diminta untuk tidak duduk di gerbong yang sama dengan kelompok lain. Karena itu kami duduk berdua. Di sekitar kami memang orang asing semua, dan ada beberapa penumpang yang mengajak kami berbincang. Disitu aku yakin, semuanya akan baik baik saja.
Tak lama, kami sampai di tujuan kami yaitu Cicalengka. Kami berjalan berinringan selama 30 menit dari stasiun hingga ke alun alun atau mesjid agung Cicalengka. Setelah kami sampai, kami ada break sebentar. Di waktu break kami, beberapa warga di sana sempat merasa terganggu dengan keberadaan orang gila. Namun tak lama, orang itu diurus oleh satpam yang bertugas di sana.
Singkat cerita, kami mulai mengeksplor kota itu. Dari awalnya kami ke terminal, lalu ke sekolahan yang ada di dekat sana. Selesai kami ke sana, kami pergi ke tempat pemadam kebakaran, puskesmas dan ke tempat tempat penting lainnya di kota itu. Lalu, kami membeli satu snack yang ada di sana. Tak jauh jauh, hanya cireng! Tapi karena saat itu kami sedang ingin menyemil, maka kami memakannya dengan lahap.
Sehabis dari sana, kami pulang ke Bandung. Kali ini kami diperbolehkan untuk duduk dengan bebas yang penting satu gerbong. Setelahnya kami naik angkot bersama sama menuju ke sekolah. Setelah itu, kami berdoa, mengapresiasi satu sama lain lalu pulang dan beristirahat di rumah masing masing.

Melawan Rasa

Tulisan kali ini bukan tentang suatu puisi atau suatu tulisan yang puitis. Aku bukan orang yang mahir dalam bidang itu. Namun, tulisan ini akan bercerita mengenai bagaimana aku melawan rasa tidak nyaman yang keluar saat aku mendapatkan tantangan mengunjungi rumah kerabat dengan naik angkutan umum ke tujuan. Dari dulu, aku memang tidak pernah diperbolehkan untuk naik angkutan umum sendiri.

Nah, kali ini yang melawan rasa nyaman bukan hanya aku. Namun juga orangtuaku. Akhirnya, kemarin (19/3) aku berhasil mengunjungi tanteku yang tinggal di Kopo. Sebelum berangkat, Mama dan Papa berulang kali mengingatkanku untuk tetap waspada, memperhatikan sekeliling, hindari angkot yang kosong dan mengamati orang-orang didalam angkot. It’s a world full of bad people, folks.

Berawal dengan berjalan melalui Jalan Karasak hingga sampai ke Bypass, lalu aku menyeberang jalan yang ramai. Aku berdiri agak lama karena kurang berani untuk menerobos lalu lintas yang ramai, hingga ada orang lain yang menyeberang dan aku ikut dia menyeberang. Lalu aku naik angkot Cicaheum – Cibaduyut yang menuju ke terminal Leuwipanjang. Ini angkot pertama yang berhenti. Dan setelah melihat bahwa angkotnya cukup penuh, aku naik karena di awal Mama sudah memperingatkan untuk jangan naik angkot yang kosong. Aku duduk di belakang karena yang di depan sudah ada yang menempati. Aku kurang nyaman bila duduk berhimpitan bersama dengan orang lain yang belum aku kenal sama sekali. Saat itu, ada cukup banyak orang yang naik angkot bersamaku. Salah satunya adalah seorang ibu yang sedang bersama anaknya, ia terlihat lelah dengan wajah berpeluh. Ada juga seorang anak SMA yang asik dengan hapenya. Karena penumpang lain terlihat normal, aku mulai merasa agak tenang. Awalnya aku memang merasa kurang nyaman pergi sendirian, namun aku meyakinkan diriku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Sesampainya aku di daerah sekitar terminal, aku dan penumpang lain turun. Tarif dari Bypass sampai ke Terminal bisa dibilang cukup murah yaitu Rp.3000,00. Setelah membayar, aku mulai mencari angkot selanjutnya karena aku belum sampai ke tujuan. Aku memilih angkot yang menuju ke Soreang. Aku akhirnya sampai ke depan kompleks Kopo Elok. Perjalanannya agak lama karena memang kondisi jalan di Kopo agak macet.

Setelah membayar angkotnya aku memastikan aku tak kehilangan apapun lalu aku mulai berjalan ke dalam kompleks, kebetulan rumah Tanteku agak jauh dari luar sehingga aku harus berjalan sekitar 10 – 15 menit. SesampainyaĀ aku di sana, aku merasa lega karena sudah sampai dengan selamat. Langsung aku memencet bel lalu tanteku keluar. Ia mengajakku masuk ke dalam lalu kami bercakap cakap ringan.

Mulai dari mengobrol mengenai sekolahku, lalu tentang profesinya yaitu seorang ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan sampingan yaitu menerima pesanan kue kering. Terkadang, bila aku sempat dan aku niat aku dan kakakku akan berkunjung dan membantunya membuat kue.

Tak terasa, obrolan kami terus mengalir. Sampai akhirnya, Mama dan Papa datang menjemputku. Kami sempat mengobrol beberapa saat lalu kami berpamitan dan pulang. Ternyata, aku juga bisa melawan rasa tak nyamanku dalam bepergian dan menantang diriku lebih jauh lagi. Asli, ini asik!

 

Kopi memang kecil, namun berarti.

Mempelajari sejarah bukanlah suatu hal yang aku sukai apalagi aku minati. Namun, hal tersebut tidak menghentikan aku dari mempelajari tentang sejarah negara Indonesia.

Kebetulan aku ini sedang mencari tahu mengenai sejarah kopi Indonesia terutama kopi Jawa yang bisa di bilang cukup terkenal. Nah, kemarin ini ada sath narasumber yang datang mengunjungi kami untuk berbagi sejarah tentang Indonesia. Namanya Kak Ivan, ia adalah seorang dosen sejarah. 

Ia bilang, bahwa kopi yang sekarang ada di Indonesia itu asal usulnya bukan dari Indonesia melainkan dari negara lain. Namun, fokusku adalah di jasa yang diberikan untuk prosesnya. 

Bila ingin ada kopi, harus ada petani kopi bukan? Sedihnya, petani selalu dianggap rendah. Mengapa? Apa yang salah dari menjadi seorang petani? Bukankah tanpa adanya petani kita akan mengalami kesulitan?

Coba kalian pikirkan, tanpa petani artinya tak akan ada orang yang menanam sekaligus merawat dan memanen bahan bahan makanan kita. Bila tak ada bahan makanan, apa yang akan kita konsumsi? Terus mengimpor bahan makanan tak akan membantu kemajuan negara. Ynlang ada kita menjadi miskin. 

Maka, menurutku bahwa menjadi seorang petanj bukanlah suatu pekerjaan rendah. Namun ini adalah pekerjaan yang mulia dan penting. 

Sama juga dengan petani kopi, mereka juga penting dan bukan suatu pekerjaan yang rendah. Kopi adalag satu dari sekian banyak hal yang diimpor ke seluruh dunia. Kopi membantu perekonomian negara kita. 

Memang, ada beberapa petani yang sudah memakai sistem yang lebih efektif lagi untuk bercocok tanam dan mengekspornya. Namun berapa persen dari keseluruhan? Berapa banyak petani di Indonesia yang masih sering di bohongi dan di bodohi? Bagaimana mereka bisa terus menerus nyaman dengan pekerjaan mereka bila mereka diperlakukan seperti ini? 

Ini bukanlah masa penjajahan lagi. Kita memang sudah merdeka dalam artian kita sudah memimpin sendiri. Namun apakah kita sudah benar benar merdeka? Atau apakah kita masih dalam masa penjajahan? Dan siapa penjajah kita? Apakah selama ini kita telah menjajah negara kita sendiri? 

Sadarlah bahwa koruptor, pembohong, pembunuh, pencuri dan para orang  jahat adalah perusak. Jangan buat kita menjadi perusak negara. Lindungi bukan hancurkan. 

Eragon, the first and may be the last.

foto-eragonJudul Buku : Eragon

Penulis : Christopher Paolini

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman : 554 hal

Cetakan ke : Sembilan, Mei 2010

ISBN : 978 – 979 – 22 – 0862 – 7

Alih Bahasa : Sendra B. Tanuwidjaya

 

Christopher Paolini adalah seorang penulis asal Paradise Valley, Montana, Amerika. Di buku Eragon, dituliskan bahwa disaat Christ berumur 15, ia sudah mulai menulis buku Eragon. Di umur itu juga ia lulus SMU. Saat ini buku seri Warisan yang terdiri dari Eragon, Eldest, Brisingr dan Inheritance sudah selesai dan sudah diterbitkan. Bahkan buku Eragon sudah selesai di film-kan.Ā  Bagiku, Christ berhasil meninggalkan kesan penasaran, senang, bangga dan bahagia dalam melihat kemenangan Eragon di dalam ini pada otakku.

Awalnya, diceritakan bahwa Eragon sang pemeran utama dalam kisah ini adalah seorang anak petani yang tak kaya namun tak miskin juga. Ia tinggal bersama dengan pamannya yang tak lain adalah kakak atau adik salah satu orangtuanya. Ia sudah di titipkan pada pamannya, Garrow, oleh ibunya, Selena, sejak ia masih bayi. Sejak saat itu pula, Selena tak pernah kembali mengambil Eragon. Saat Eragon sudah hampir dewasa, ia pergi ke pegunungan Spine. Pegunungan ini dikenal sebagai pegunungan yang terkutuk, banyak mitos yang berkata bahwa pegunungan ini dapat memakan nyawanya karena terbukti sudah ada banyak manusia yang meninggal disana. Namun, mitos hanyalah mitos. Bahkan buktinya Eragon sudah pergi dan kembali dengan selamat dari pegunungan Spine beberapa kali.

Satu hari saat ia sedang berjalan kembali ke kampung dari pegunungan Spine, ia menemukan sebuah batu biru yang terlihat seperti safir biru. Batu tersebut mengilap dan kuat, bahan benda ini lebih pantas di sebut permata atau berlian dibandingkan batu biasa. Satu hari, ia terbangun di tengah malam dan menemukan batunya berderak sendiri. Tak lama dari itu, ia menemukan bahwa dihadapannya telah lahir seekor naga biru kecil. Dari sejak saat itu, ia tahu bahwa ia harus memeliharanya secara diam-diam. Karena pada zaman itu, naga adalah suatu hal yang langka dan bukan sesuatu yang main-main. Bahkan bayarannya adalah nyawa. Eragon sendiri pun, yang sangat menyayangi naga itu harus pergi dan mempertaruhkan nyawanya demi naga ini.

Bagaimana kelanjutannya? Baca saja bukunya ya! Buatku, membaca buku ini sama saja dengan lompat memasuki lubang baru yang asing dan selanjutnya aku menemukan diriku tengah berada di dunia baru yang indah. Buku ini berhasil menyita sekian banyak perhatianku, aku membaca buku ini selama 3 minggu. Ā Walaupun membacanya terhitung lama, namun aku puas dengan akhir dari buku ini. Karena buku ini dapat memberikan kesan yang mendalam. Saat ini aku sedang membaca buku keduanya yang berjudul Eldest. Untuk kalian yang ingin tahu mengenai cerita ini, langsung baca saja. Dijamin tak akan bosan!

Menarik, unik, asik plus menambah wawasan! Ada ya? Ada dongg…

Kemarin (26/1) kami satu kelas kedatangan tamu yang… unik. Namanya Kak Umbu. Dia, banyak traveling dan memiliki minat dalam bidang fotografi. Kebetulan, kemarin ini dia sedang ada di satu kota dengan kami. Aku tinggal di Bandung, otomatis ia ada di Bandung juga.

Awalnya, keadaan kelas cukup berisik. Tapi, seiring Kak Umbu masuk ke kelas semuanya jadi hening. Aku sendiri juga ikut hening karena aku cukup kaget melihat gaya berpakaian Ka Umbu yang bisa dibilang unik. Ia memakai baju bergambar wajah macan (sejenis macan mungkin), di kepalanya dililitkan ikat kepala yang bercorak indah juga. Katanya, ikat kepala tersebut melambangkan suatu budaya di kampung halamannya, Sumba. Kami mengobrol cukup banyak, tentang banyak hal juga. Ada tentang arti sebuah nama, salah satunya adalah nama Indira yang berarti biru, ada juga obrolan mengenai jati diri kita. Atau kekhasan diri kita yang bisa saja diubah setiap harinya, dan yang paling melekat dalam otakku adalah obrolan mengenai ā€˜out of comfort zone’ dan mengenai ilmu fotografi yang ia miliki.

Out of comfort zone adalah hal pertama yang ingin aku bahas, Kak Umbu bilang dengan keluar dari zona nyaman kita bisa menemukan jauh lebih banyak hal yang unik, menarik, bisa menambah wawasan dan bertemu dengan banyak orang baru. Namun, ia juga menegaskan bahwa bila kita keluar dari zona nyaman bukan berarti kita perlu tetap berada di luar zona nyaman. Bila kita membutuhkan zona nyaman tersebut, kita berhak untuk kembali. Seperti contohnya bila kita sedang memiliki masalah dan kita membutuhkan dukungan oran tua, kita bisa kembali ke rumah, bercerita mengenai masalah kita dan baru setelahnya kita bisa keluar lagi. Jadi intiya, bila kita membutuhkan zona nyaman, kita perlu kembali ke sana. Namun bila kita bisa tetap berada di luar zona nyaman, kita bisa terus berada di sana dan menghabiskan waktu bersama dengan budaya baru, orang baru, wawasan baru dan sekian banyak hal baru.

Hal kedua yang aku dapatkan dari Kak Umbu adalah mengenai fotografi, aku memang sedang tertarik dengan seni yang satu ini (walaupun aku terkadang masih suka malas untuk mencari tahu lebih banyak lagi hal ini), dan aku juga masih terhitung baru atau beginner dalam bidang ini. Ilmu yang aku dapatkan dari Kak Umbu ada banyakkkkk sekali, ia bilang bahwa fotografi itu bukan hanya mengenai memotret satu objek lalu pergi begitu kita puas dengan hasilnya. Fotografi itu jauh lebih baik dan dalam daripada itu, di dalam fotografi kita harus berada di dalam situasinya. Merasa dengan benar apa yang sedang terjadi, berada di ā€˜dalam’ situasi tersebut. Baru setelahnya kita memotret, secara terus menerus hingga kita mendapatkan hasil yang memuaskan. Memuaskan dalam artian bahwa kita juga bisa merasakan kembali momen tersebut dari sebuah jepretan, setelah kita keluar dari tempat tersebut.

Selain mengajarkan kami banyak hal mengenai ilmu fotografi, ia juga memperlihatkan banyak foto-foto hasil jepretannya dari berbagai tempat. Ada yang dari kampung halamannya, ada yang dari Bali ada yang dari Jogja dan dari sekian banyak tempat yang sudah ia kunjungi. Hasil-hasil foto miliknya ada yang menyentuh hatiku, ada seorang ibu yang sedang menggendong bayinya, atau seorang nenek yang sedang berjualan. Momen yang ia ingin abadikan, benar-benar berhasil. Aku merasakan lelah yang dirasakan nenek tersebut, atau justru cinta yang disalurkan dalam pelukan seorang ibu ke anaknya. Indah sekali. Lalu aku pun berfikir, kapan ya aku bisa memotret sepertinya? Kita lihat saja nanti, bagaimana hasil fotoku nanti.

Selain cerita-cerita unik yang ia sampaikan, ada satu yang aku lewatkan. Tahukah kalian arti nama Kak Umbu? Di kampung halamannya, Umbu memiliki arti anak lelaki. Lucu ya?